SUARA PRIBUMI


"KETIKA BUDI PEKERTI DAN MORALTIDAK MAMPU LAGI DAN DIPERDAYA OLEH PARA PENDOSA . SERUAN SUCI TELAH JADI JINAK DAN DIREDUKSI DARI BATAS NORMATIF".

KEBANGKITAN DAN REVOLUSI DIMIULAI

Jumat, 29 April 2011

DOGMATIS Versus PRAGMATIS

" belajar memahami kehendak suara tuhan dalam kitab suci dalam epistemologi modern sekarang mengarahkan anak jaman untuk mengedepankan niat yang tulus akan transformasi sejarah yang direduksi, ditutupi kedalam era baru yang menuntut kebenaran yang independen sebagai upaya menjaga moralitas, humanisme manusia yang merdeka"



    Munculnya fenomena pencucian otak yang dilakukan oleh kelompok sempalan-sempalan perjuangan dinnul islam telah meresahkan masyarakat indonesia. laporan-laporan tentang korban kegiatan pencucian otak kepada pihak kepolisian menjadikan kegiatan ini mengundang unsur pidana atas berbagai kasus orang hilang dindonesia akan tetapi pihak kepolisian seperti yang dilansir dimedia belum menindak dan baru sebatas laporan. kegiatan pengajian yang berorientasi kepada cita-cita pembentukan negara islam indonesia dengan sebuah upaya revolusi berdarah pada saatnya nanti. bagi pengiman islam pola pengajian kitab suci yang berorientasi tentang politik bisa dibilang sebuah pemahaman yang baru dan menggugah para umat islam yang terbiasa ditadaburi [penyegaran iman] sebatas penyegaran norma-norma sosial.
   pemahaman iman yang berorientasi kepada metafora semata yang menjadikan kegiatan pencucian otak memakan korban. Pengiman monotheisme melihat pencerahan ini sebagai sebuah pencerahan yang baru dimana tidak pernah didapatkan dalam tarbiyah-tarbiyah yang disiarkan dalam media televisi ataupun buku-buku yang telah melalui proses audit ulang dan terbatas.Pola tafsir yang dikontrol oleh otoritas yang dikendalikan oleh kaum sekuler selama ini sebatas penekanan budi pekerti dan impian-impian kosmis dan akhirnya menjadikan pemahaman yang didapat dari kegiatan cuci otak ini di anggap sebuah cara membebaskan kebenaran yang ada dalam kitab suci. kebenaran yang selama ini dianggap direduksi dan ditutup-tutupi oleh majelis ulama.
   pemahaman iman monotheisme indonesia yang bersandar kepada kepatuhan mutlak kepada pemimpin spiritual menjadikan epistemologi bangsa ini bersandar kepada pemahaman yang dogmatis. pemahaman dogmatis menjadikan pola pikir iman terkurung oleh teks kitab suci. pemahaman yang tidak mengindahkan aspek-aspek lain dalam menafsirkan maksud tuhan dalam bersandingan dengan norma-norma yang masih hidup dan dijunjung tinggi sebagai pondasi yang normatif. aspek-aspek lain itu diantaranya :
  1. aspek rasionalitas
  2. aspek historis
  3. aspek sosiologis
  4. aspek ilmu pengetahuan
pemahaman dogmatis cenderung otonom dengan pernyataan-pernyataan tafsirnya dalam menyikapi masalah-masalah sosiologi di wilayah sekitarnya. Paham dogmatis cenderung menekankan maksud kitab suci seturut teks dan mutlak tidak terbantahkan, paham yang tidak sudi dipepaki, dikoreksi berbagai unsur-unsur yang menjujunjung objektivitas yang sangat dijunjung tinggi dijaman sekarang ini. paham dogmatis yang identik dengan kaum ortodok mengajak penganutnya mengimani kitab suci dengan serba kejanggalanya sebagai upaya menjaga jemaat dari bahaya budaya dan ideologi yang mengancam begitu dahsyat mereduksi iman.
    upaya-upaya pemimpin jemaat yahudi, kristen, islam dalam mengamankan jemaat dari budaya dan ideologi sekuler yang merusak. ideologi yang menurut pandangan ortodok menjadikan jemaat dalam kondisi rawan pemurtatan dan kebangkrutan moral yang membahayakan. akan tetapi para pemimpin jemaat tidak menyadari keimanan manusia tidak cukup ditampung dalam ruang iman yang berdindung dogmatis semata. kecenderungan manusia yang selalu peragu dan tidak pernah puas dalam pencapaian-pencapaianya menjadikan iman jemaat selalu berusaha mengexplorasi keimananya dalam ranah yang lebih menantang sebagai upaya sedekat mungkin dengan suara suci yang ada dalam teks kitab suci.
   Pola pandang pragmatis sebenarnya pernah menjadi perangkat dalam mengamankan epistemologi iman yang fundamental ke dalam epistemologi yang lebih mengedepankan humanisme pada awal abad pertengahan dengan perangkat "positivisme emasipatif" dalam membuat fusi antara tegangan yang terjadi antara iman ortodok yang dogmatis dengan iman rasionalitas yang mengedepankan objektivitas dan budi pekerti, akan tetapi tegangan yang terjadi terus mengiringi perkembangan jaman dengan sikap saling curiga dan sinisme.pola pikir yang mengedepankan objektivitas terlanjur digugat secara radikal oleh karena pola pikir ini cenderung tidak kritis terhadap kekuasaan.
    Sekarang ini bangsa indonesia mengalami perang epistemologi ortodok dengan epitemologi rasionalistis yang keduanya menuntut pencapaian yang maksimal tentang hasil materiil  yang harus segera disajikan kepada jemaat dalam upaya pengabdian kepada kebenaran. baik ortodok ataupun rasionalitas ibarat dua sisi mata uang yang mempunyai fungsi yang sama akan tetapi mempunyai perbedaan sebatas retorika dalam menyampaikan kebenaran.
    Unsur materil { kesenjangan, fasilitas, ekonomi] yang selalu ditutup-tutupi dalam teks dalam misi penyebaran iman yang akhirnya memunculkan sempalan-sempalan jemaat yang mengedepankan perjuangan  unsur materil.Terpisahnya  unsur materiil dan spiritual akhirnya selalu dianggap menyimpang dari pakem. karena selama ini disiplin iman terbangun dalam semangat yang terpisah antara unsur materiil dan spiritual.Pemisahan kepentingan potik, ekonomi, dan spiritual dalam upaya menjaga kesucian kitab suci adalah pola dogmatis dan munculnya ideologi-ideologi yang berorientasi kepada unsur materiil adalah sebuah pemberontakan dari upaya dogmatisasi, dan tidak mengherankan pengimanan kitab suci dalam ranah yang baru ini cenderung mendatangkan konflik-konflik baru dalam memahami tulisan suci yang ada dalam kitab suci.

  " kitab suci taurot, injil, al-qur'an adalah sebuah paket yang mencakup semua unsur baik materiil dan
    spiritual, memisahkan dan mengambil sebagian  menjadikan jemaat terjebak dalam kebingungan dan
    kebutaan visi dalam mendekatkan dari hakekat beriman"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar